Contoh makalah tentang pendidikan di Indonesia dan Solusinya
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
PENDIDIKAN
Pengertian Pendidikan| Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis
untuk mencapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik. Secara
etimologi atau asal asul kata. Kata pendidikan dalam bahasa Inggris disebut education
yang berasal dari bahas latin yaitu 'educatum' yang tersusun atas dua
kata yaitu 'E' dan "Duco". Kata E berarti sebuah
perkembangan dari dalam ke luar atau dari sedikit menjadi banyak, sementara
'Duco' berarti perkembangan atau sedang berkembang. Hal ini secara etimologi,
pengertian pendidikan adalah menjadi berkembang atau bergerak dari dalam
keluar, atau dengan kalimat lain, pendidikan berarti proses mengembangkan
kemampuan diri sendiri (inner abilities) dan kekuatan individu. Kata Education
sering juga dihubungkan dengan 'Educere' (Latin) yang berarti dorongan
(propulsion) dari dalam keluar. Artinya untuk memberikan pendidikan melalui
perubahan yang diusahakan melalui latihan ataupun praktik. Oleh karena itu
definisi pendidikan mengarahkan untuk suatu perubahan terhadap seseorang untuk
menjadi lebih baik.
Pengertian pendidikan
menurut Undang Undang SISDIKNAS no. 20 tahun 2003, adalah sebagai usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
sedemikian rupa supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara
aktif supaya memiliki pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam
bermasyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia.
Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa pendidikan berasal dari kata
“didik” dan mendapat imbuhan berupa awalan ‘pe’ dan akhiran ’an’ yang berarti
proses atau cara perbuatan mendidik. Maka definisi pendidikan menurut bahasa
yakni perubahan tata laku dan sikap seseorang atau sekelokmpok orang dalam
usahanya mendewasakan manusia lewat pelatihan dan pengajaran.
Pengertian Pendidikan
Menurut Para Ahli
1. Ki
Hadjar Dewantara
Pendidikan yaitu tuntutan dalam
hidup tumbuhnya anak-anak yang bermaksud menuntun segala kekuatan kodrati pada
anak-anak itu supaya mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat mampu
menggapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
2. Plato
pendidikan adalah proses yang
dilakukan seumur hidup (life-long) yang dimulai dari seseorang lahir hingga
kematiannya, yang membuat seseorang bersemangat dalam mewujudkan warga negara
yang ideal dan mengajarkannya bagaimana cara memimpin dan mematuhi yang benar.
Plato pun menambahkan bahwa pendidikan tidak hanya menyediakan ilmu pengetahuan
dan kemampuan akan tetapi nilai, pelatihan insting, membina tingkah laku dan
sikap yang benar. Pendidikan yang sejati (true education), akan memiliki
kecenderung terbesar dalam membentuk manusia yang beradab dan memanusiakan
manusia dalam hubungan mereka bermasyarakat dan mereka yang berada dalam
perlindungannya.
3. Comenius
pada abad pertengahan, bahwa
pendidikan adalah proses dimana individu mengembangkan kualitasnya
terhadap agama, ilmu pengetahuan dan moralnya, yang membuatnya mampu
mengklaim dirinya sebagai manusia.
4.
Martinus Jan Langeveld
Pendidikan adalah upaya menolong
anak untuk dapat melakukan tugas hidupnya secara mandiri supaya dapat
bertanggung jawab secara susila. Pendidikan merupakan usaha manusia dewasa
dalam membimbing manusia yang belum dewasa menuju kedewasaan.
5.
Gunning dan Kohnstamm
Pendidikan adalah proses
pembentukan hati nurani. Sebuah pembentukan dan penentuan diri secara etis yang
sesuai dengan hati nurani
B.
SISTEM
PENDIDIKAN DI INDONESIA
Indonesia
sekarang menganut sistem pendidikan nasional. Namun, sistem pendidikan nasional
masih belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Ada beberapa sistem di
Indonesia yang telah dilaksanakan, di antaranya:
Ø Sistem Pendidikan Indonesia yang
berorientasi pada nilai.
Sistem
pendidikan ini telah diterapkan sejak sekolah dasar. Disini peserta didik
diberi pengajaran kejujuran, tenggang rasa, kedisiplinan, dsb. Nilai ini
disampaikan melalui pelajaran Pkn, bahkan nilai ini juga disampaikan di tingkat
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Ø Indonesia menganut sistem pendidikan
terbuka.
Menurut sistem pendidikan ini,
peserta didik di tuntut untuk dapat bersaing dengan teman, berfikir kreatif dan
inovatif
Ø Sistem pendidikan beragam.
Di Indonesia terdiri dari beragam
suku, bahasa, daerah, budaya, dll. Serta pendidikan Indonesia yang terdiri dari
pendidikan formal, non-formal dan informal.
Ø Sistem pendidikan yang efisien dalam
pengelolaan waktu.
Di dalam KBM, waktu di atur
sedemikian rupa agar peserta didik tidak merasa terbebani dengan materi
pelajaran yang disampaikan karena waktunya terlalu singkat atau sebaliknya.
Ø Sistem pendidikan yang disesuaikan
dengan perubahan zaman.
Dalam sistem ini, bangsa Indonesia harus menyesuaikan kurikulum
dengan keadaan saat ini. Oleh karena itu, kurikulum di Indonesia sering
mengalami perubahan / pergantian dari waktu ke waktu, hingga sekarang Indonesia
menggunakan kurikulum K-13
C.
MASALAH POKOK PENDIDIKAN DI
INDONESIA
Sistem pendidikan menjadi bagian yang
tak terpisahkan dari kehidupan social budaya dan masyarakat sebagai
suprasistem. Pembangunan sistem pendidikan tidak mempunyai arti apa-apa jika
tidak singkron dengan pembanguan nasional. Kaitan yang erat antara bidang pendidikan sebagai sistem dengan
sistem sosial budaya sebagai suprasistem tersebut di mana sistem pendidikan
menjadi bagiannya, menciptakan kondisi sedemikian rupa
sehingga permasalahakn intern sistem kondisi pendidikan itu menjadi sanggat
kompleks, artinya suatu permasalahan intern dalam sistem pendidikan selalu ada
kaitan dengan masalah-masalah di luar sistem pendidikan itu sendiri.
Misalnya masalah mutu hasil belajar
suatu sekolah tidak dapat di lepaskan dari kondisi sosial budaya dan ekonomi
masyarakat di sekitarnya, dari mana murid-murid sekolah tersebut berasal, serta
masih banyak lagi faktor-faktor lainnya di luar sistem persekolahan yang
berkaitan dengan mutu hasil belajar tersebut.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka
penanggulangan masalah pendidikan juga sanggat kompleks, menyangkut banyak
komponen dan melibatkan banyak pihak.
Pada dasarnya ada dua masalah pokok
yang di hadapi oleh dunia pendidikan di tanah air kita yaitu :
a. Bagaimana semua
warga Negara dapat menikmati kesempatan pendidikan
b. Bagaimana
pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun ke dalam
kancah kehidupan bermasyarakat.
Dari
kedua masalah pokok tersebut, maka permasalahan pokok yang pertama yaitu
mengenai masalah pemerataan pendidikan dan masalah pokok yang ke kedua
menyangkut masalah mutu, efisiensi dan relevansi pendidikan.
Jenis-jenis
Permasalahan Pokok Pendidikan
Dalam
lingkup nasional, telah ditetapkan empat masalah pokok pendidikan yang dirasa
perlu untuk diprioritaskan penanggulangannya. Empat masalah pokok tersebut
yaitu:
1. Masalah
pemerataan pendidikan
Dalam rangka memajukan bangsa dan kebudayaan nasional serta
melaksanakan fungsi dalam mencetak sumber daya manusia yang berkualitas demi
pembangunan, maka perlu ditekankan bahwa pendidikan di Indonesia harus
mampu menerapkan pelaksanaan pendidikan yang merata. Adapun yang dimaksud pelaksanaan
pendidikan yang merata adalah pelaksanaan program pendidikan yang dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia
untuk dapat memperoleh pendidikan atau biasa disebut perluasan kesempatan
belajar. Pemerataan
pendidikan mencakup dua aspek penting yaitu equality dan equity. Equality atau
persamaan mengandung arti persamaan kesempatan untuk memperoleh pendidikan,
sedangkan equity bermakna keadilan dalam memperoleh kesempatan pendidikan yang
sama diantara berbagai kelompok dalam masyarakat. Sehingga dalam
hal ini masalah pemerataan pendidikan dikatakan timbul apabila masih banyak warga negara
khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat mengenyam pendidikan atau dapat
dikatakan tidak dapat ditampung di dalam sistem atau lembaga pendidikan karena
kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia.
Sejak awal perhatian terhadap pemerataan pendidikan telah
mulai digancarkan secara yuridis. Bagi anak-anak usia sekolah,
mendapatkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan terutama SD merupakan hal
yang sangat penting. Diharapkan mereka dapat memperoleh bekal dasar seperti
kemampuan membaca, menulis dan berhitung sehingga mampu mengikuti perkembangan
bangsa.
Permasalahan Pemerataan dapat terjadi karena kurang
tergorganisirnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah,
bahkan hingga daerah terpencil. Hal ini menyebabkan terputusnya komunikasi
antara pemerintah pusat dengan daerah. Sehingga menyebabkan kontrol pendidikan
yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau daerah-daerah
terpencil. Jadi hal ini akan mengakibatkan mayoritas penduduk Indonesia yang
dalam usia sekolah, tidak dapat mengenyam pelaksanaan pendidikan sebagaimana
yang diharapkan.
2. Masalah Mutu Pendidikan
Mutu diartikan sama halnya dengan memiliki kualitas dan
bobot. Pendidikan yang bermutu yaitu pelaksanaan pendidikan yang
dapat menghasilkan tenaga profesional yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan
negara dan bangsa pada saat ini. Dalam dunia pendidikan, mutu pendidikan
menjadi sorotan karena sangat berperan besar dalam menentukan kualitas sumber
daya manusia yang telah tercetak melalui pendidikan. Sejalan dengan proses pemerataan
pendidikan, peningkatan mutu untuk setiap jenjang pendidikan melalui
persekolahan juga dilaksanakan. Peningkatan mutu ini diarahkan kepada
peningkatan mutu masukan dan lulusan, proses, guru, sarana dan prasarana, dan
anggaran yang digunakan untuk menjalankan pendidikan.
Mutu pendidikan menjadi suatu
permasalahan apabila hasil dari pendidikan tersebut belum mampu mencapai taraf
yang diharapkan yaitu menghasilkan keluaran berupa tenaga profesional yang
berguna bagi bangsanya. Penetapan
mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga penghasil sebagai produsen
tenaga terhadap calon luaran, dengan system sertifikasi. Selanjutnya jika
luaran tersebut terjun ke lapangan kerja. Penilaian dilakukan oleh lembaga
pemakai sebagai konsumen tenaga dengan system tes unjuk kerja.
Jika tujuan dari
pendidikan nasional dijadikan sebagai kriteria kelulusan suatu mutu pendidikan,
maka keluaran dari suatu system pendidikan menjadikan pribadi yang bertaqwa,
mandiri dan berkarya, anggota masyarakat yang yang social dan bertanggung
jawab, warga Negara yang cinta pada tanah air dan memiliki rasa kesetiakawanan
social. Dengan demikian keluaran tersebut diharapkan mampu mewujudkan diri
sebagai manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya dan juga
lingkungan
Terkadang orang-orang melakukan
penilaian salah terhadap mutu pendidikan. Banyak yang berpendapat bahwa mutu
pendidikan dapa dinilai melalui hasil akhir belajar siswa, misalkan saja nilai
UN (Ujian Nasional). Sesungguhnya mutu pendidikan yang baik hanya akan
didapatkan oleh seseorang setelah melalui proses belajar yang baik pula.
Memahami dan mengikuti dengan baik proses belajar sehingga diharapkan dapat
menunjukkan hasil belajar yang bermutu. Meskipun hasil tes akhir terlihat
memuaskan dari segi nilai, namun jika tidak mengikuti proses dengan baik maka
hal hasil tidak akan tercipta keluaran yang berumutu secara pribadi
masing-masing. Sehingga proses suatu pendidikan sangat menentukan mutu
pendidikan.
Masalah mutu pendidikan yang harus
disoroti dan diusahan penanggulangannya di Indonesia adalah masalah pemerataan
mutu pendidikan teruama antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan. Pemerataan
ini sangat penting adanya agar peningkatan mutu pendidikan dirasakan oleh semua
siswa di berbagai pelosok tanah air sehingga nantinya memberi dampak posiif
terhadap munculnya banyak keluaran yang professional di tanah air ini.
3. Masalah Efesiensi Pendidikan
Masalah efisiensi pendidikan
mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan menggunakan sumber daya yang
ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan tepat
sasaran dikatakan efisisennya tinggi. Jika terjadi sebaliknya efisiensinya
berarti rendah.
Beberapa
masalah efisiensi pendidikan yang penting adalah :
a. Bagaimana
tenaga pendidikan difungsikan
b. Bagaimana
prasarana dan sarana pendidikan digunakan
c. Bagaimana
pendidikan diselenggarakan
d. Masalah
efisiensi dalam memfungsikan tenaga
Jika penggunaannya tepat sasaran maka
dapat dikatakan efisiensinya tinggi. Namun jika terjadi yang sebaliknya maka
dikatakan pendidikan memiliki efisiensi rendah.
Jika dikaitkan dengan permasalahan nyata
di masyarakat, maka masalah efisiensi pendidikan yang pelu memperoleh sorotan
yaitu prihal pengangkatan, penempatan dan pengembangan tenaga.
Pengangkatan
yang dimaksud disini adalah pengangkatan tenaga kependidikan untuk memenuhi
kebutuhan dilapangan. Namun masalah yang terjadi dalam pengangkatan ini adalah
kesenjangan antara tenaga yang berlomba-lomba untuk mendapakan pengangkatan
dengan quota pengangkatan yang sangat terbatas. Kebutuhan lapangan tidak mampu
menampung semua tenaga kependidikan yang ada sehingga hal ini berarti
keberadaan tenaga tersebut tidak dapat segera difungsikan.
Begitu
pula dengan masalah penempatan, di Indonesia masalah penempatan guru masih saja
terjadi dalam lingkungan pendidikan. Seringkali ditemukan bahwa seorang guru
mengajar suatu bidang studi yang tidak sesuai dengan lulusannya. Hal ini juga
dikarenakan oleh masalah jatah pengangkatan yang kurang efisien sehingga
ada sekolah dengan jumlah guru bidang studi tertentu berlebihan namun
kekurangan guru untuk suatu bidang studi. Sehingga kebberadaan guru yang
berlebihan akan dialokasikan oleh sekolah untuk mengajarkan bidang studi yang
gurunya kurang meskipun diluar kewenangan guru tersebut. Misalkan saja guru IPA
harus mengajarkan budi pekerti atau agama. Hal ini tentu menunjukkan bahwa
kurangnya efisiensi dalam pemanfaatan atau memfungsikan tenaga kependidikan.
Jika
ditinjau dari masalah pengembangan tenaga kependidikan maka kaitannya adalah
penanganan pengembangan tenaga pelaksana di lapangan sangat lambat. Sebagai
salah satu contohnya yaitu kesiapan tenaga kependidikan dalam menyambut
kurikulum baru. Meskipun ada suatu pembekalan namun para tenaga kependidikan
seringkali beranggapan bahwa perubahan kurikulum terlalu cepat dan tidak
dibarengi oleh kesiapan dari tenaga pendidik. Kesiapan ini kurang dikarenakan
pengembangannya dilapangan juga sangat lambat yaitu berupa penggalakan
penyuluhan, latihan, lokakarya serta penyebaran buku panduan baru yang kurang
cepat dalam pelaksanaannya. Sehingga masih ada istilah keterlambatan. Keputusan
untuk memberlakukan kurikulum ini pun menjadi perbincangan pro dan kontra
sehingga memerlukan waktu lama untuk menyepakatinya. Sehingga hal ini dianggap
bahwa proses pendidikan kurang efektif dan efisien.
Masalah efisiensi dalam penggunaan
sarana dan prasarana sering juga terjadi dalam dunia pendidikan. Kurangnya
perencanaan dalam pengadaan sarana dan prasarana dapat menjadi satu factor
penyebabnya. Sebagai salah satu contoh yaitu adanya pengadaan sarana
pembelajaran tanpa dibarengi dengan pembekalan kemampuan dan keterampilan dari
pemakai.
4. Masalah Relevasi Pendidikan
Sesuai dengan tujuan dari pendidikan ialah
menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Oleh karena itu sistem
pendidikan harus dapat
menghasilkan luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Jika hal itu tidak dapat teratasi
maka telah mencakup masalah relevansi pendidikan.
Masalah relevensi adalah masalah
yang timbul karena tidak sesuainya sistem pendidikan dengan keperluan
pembangunan nasional. Masalah ini berkenaan dengan rasio antara tamatan yang
dihasilkan satuan pendidikan dengan yang diharapkan satuan pendidikan di
atasnya atau indtitusi yang membutuhkan tenaga kerja, baik secara kuantitatif
maupun secara kualitatif.
Masalah
relevansi terlihat dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu yang
tidak siap secara kemampuan kognitif dan teknikal untuk melanjutkan ke satuan
pendidikan di atasnya. Masalah relevansi juga dapat diketahui dari banyaknya
lulusan dari satuan pendidikan tertentu, yaitu sekolah kejuruan dan pendidikan
tinggi yang belum atau bahkan tidak siap untuk bekerja.
Pendidikan merupakan faktor
penunjang bagi pembangunan ketahanan nasional. Oleh sebab itu, perlu
keterpaduan di dalam perencanaan dan pelaksanaan pendidikan dengan pembangunan
nasional tersebut. Sebagai contoh pendidikan di sekolah harus di rencanakan
berdasarkan kebutuhan nyata dalam pembangunan nasional kedepannya yang telah
terencana, serta memperhatikan ciri-ciri ketenagaan yang di perlukan sesuai
dengan keadaan lingkungan di wilayah-wilayah lingkungan tertentu.
Luaran
pendidikan dalam hal
ini diharapkan dapat mengisi beraneka ragam sektor pembangunan seperti produksi,
sektor jasa dan lain-lain baik dari segi jumlah maupun dari segi kualitas. Jika
sistem pendidikan mampu
memmenuhi segala tuntutan pembangunan nasional tersebut maka relevansi
pendidikan dianggap tinggi.
D.
PERMASALAHAN AKTUAL PENDIDIKAN DI
INDONESIA
Permasalahan
aktual berupa kesenjangan-kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan hasil
yang dapat dicapai dari proses pendidikan yang pada saat ini kita hadapi perlu
ditanggulangi secepatnya. Permasalahan aktual pendidikan meliputi
masalah-masalah keutuhan pencapaian sasaran, kurikulum, peranan guru,
pendidikan dasar 9 tahun, dan pendayagunaan teknologi pendidikan.
Masalah
aktual dibagi menjadi dua, yaitu mengenai konsep dan mengenai pelaksanaannya.
Misalnya, munculnya kurikulum baru merupakan masalah konsep. Maksudnya, apakah
kurikulum tersebut cukup andal secara yuridis dan secara psikologis ataukah
tidak. Jika tidak, timbulah masalah pelaksanaan atau masalah operasional.
Berikut
masalah aktual pendidikan yang ada di Indonesia :
1. Masalah
keutuhan pencapaian sasaran
Pada Undang-Undang No 2
Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional bab II pasal 4 telah dinyatakan
bahwa tujuan pendidikan nasional ialah mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya. Kemudian dipertegas lagi di dalam GBHN butir 2a dan b tentang arah
dan tujuan pendidikan bahwa yang dimaksud dengan manusia utuh adalah manusia
yang sehat jasmani dan rohani, manusia yang memiliki hubungan vertikal (dengan
Tuhan), horizontal (dengan lingkungan dan masyarakat), dan konsentris (dengan
diri sendiri); yang berimbang antara duniawi dan ukhrawi. Tetapi di dalam
pelaksanaanya pendidikan afektif belum ditangani semestinya. Kecenderungan
mengarah kepada pengutamaan pengembangan aspek kognitif. Untuk itu banyak
hambatan yang perlu dihadapi untuk mencapai sasaran secara utuh. Adapun
hambatan yang harus dihadapi adalah sebagai berikut:
Ø Beban
kurikulum sudah terlalu sarat
Ø Pendidikan
afektif sulit diprogramkan secara eksplisit, karena dianggap menjadi bagian
dari kurikulum tersembunyi yang keterlaksanaannya sangat tergantung kepada
kemahiran dan pengalaman guru.
Ø Pencapaian
hasil pendidikan afektif memakan waktu, sehingga memerlukan ketekunan dan
kesabaran pendidik.
Ø Penilai
hasil pendidikan afektif tidak mudah.
2. Masalah
Kurikulum
Begitu banyak masalah-masalah kurikulum dan
pembelajaran yang dialami Indonesia. Masalah-masalah ini turut andil dalam
dampaknya terhadap pembelajaran dan pendidikan Indonesia. Masalah kurikulum
meliputi masalah konsep dan masalah pelaksanaannya. Sumber masalahnya ialah
bagaimana sistem pendidikan dapat membekali peserta didik untuk terjun ke
lapangan kerja (bagi yang tidak melanjutkan sekolah) dan memberikan bekal dasar
yang kuat untuk ke perguruan tinggi (bagi mereka ingin lanjut).
Berikut ini adalah beberapa masalah kurikulum:
a.
Kurikulum
pendidikan Indonesia terlalu kompleks
Jika dibandingkan dengan kurikulum pendidikan di negara maju, kurikulum
yang dijalankan di Indonesia terlalu kompleks. Hal ini akan berakibat bagi guru
dan siswa. Siswa akan terbebani dengan segudang materi yang harus dikuasainya.
Sehingga siswa harus berusaha keras untuk memahami dan mengejar materi yang
sudah ditargetkan. Kedua hal tersebut akan mengakibatkan ketidakpahaman siswa
terhadap keseluruhan materi yang diajarkan.
Siswa akan lebih memilih untuk mempelajari materi dengan hanya memahami
sepintas tentang materi tersebut. Selain berdampak pada siswa, guru juga akan
mendapat dampaknya. Tugas guru akan semakin menumpuk dan kurang maksimal dalam memberikan
pengajaran. Guru akan terbebani dengan pencapaian target materi yang terlalu
banyak, sekalipun masih banyak siswa yang mengalami kesulitan, guru harus tetap
melanjutkan materi. Hal ini tidak sesuai dengan peran guru.
b.
Seringnya
berganti nama
Kurikulum pendidikan di Indonesia sering sekali mengalami perubahan. Namun,
perubahan tersebut hanyalah sebatas perubahan nama semata. Tanpa mengubah
konsep kurikulum, tentulah tidak akan ada dampak positif dari perubahan
kurikulum pendidikan Indonesia
Pengubahan nama kurikulum pendidikan tentulah memerlukan dana yang cukup
banyak. Apabila dilihat dari sudut pandang ekonomi, alangkah baiknya jika dana
tersebut digunakan untuk bantuan pendidikan yang lebih berpotensi untuk
kemajuan pendidikan.
c.
Kurangnya sumber prinsip pengembangan
Pengembangan
kurikulum pendidikan tentu saja berdasarkan sumber prinsip, untuk menunjukan
dari mana asal mula lahirnya suatu prinsip pengembangan kurikulum. Sumber
prinsip pengembangan kurikulum yang dimaksud adalah data empiris (pengalaman
yang terdokumentasi dan terbukti efektif), data eksperimen (temuan hasil
penelitian), cerita/legenda yang hidup di masayaraksat (folklore of
curriculum), dan akal sehat (common sense).
Namun
dalam fakta kehidupan, data hasil penelitian (hard data) itu
sifatnya sangat terbatas. Terdapat banyak data yang bukan diperoleh dari hasil
penelitian juga terbukti efektif untuk memecahkan masalah-masalah yang
komploks, diantaranya adat kebiasaan yang hidup di masyarakat (folklore of
curiculum). Ada juga hasil pemikiran umum atau akal sehat (common sense).
3. Masalah
Peranan Guru
Sejalan dengan
pengembangan IPTEK yang pesat dan realisasinya dipandu oleh kurikulum yang
selalu disempurnakan, maka guru sebagai suatu komponen sistem pendidikan juga
harus berubah. Dari sisi kebutuhan murid, guru tidak mungkin seorang diri
melayaninya. Untuk memandu proses pembelajaran murid ia dibantu oleh sejumlah
petugas lainnya seperti konselor (guru BP), pustakawan, laboran, dan teknisi
sumber belajar.
Seorang guru diharapkan
mampu mengelola proses pembelajaran (sebagai manajer), menunjukkan tujuan
pembelajaran (direktor), mengorganisasikan kegiatan pembelajaran (koordinator),
mengkomunikasikan murid dengan berbagai sumber belajar (komunikator),
menyediakan dan memberikan kemudahan-kemudahan belajar (fasilitator), dan
memberikan dorongan belajar (stimulator).
4. Masalah
Pendidikan Dasar 9 Tahun
UU RI Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 6
menyatakan tentang hak warga negara untuk mengikuti pendidikan
sekurang-kurangnya tamat pendidikan dasar, dan Pasal 13 menyatakan tujuan
pendidikan dasar. Kemudian PP Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar,
Pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan 9 tahun, terdiri
atas program pendidikan 6 tahun di SD dan program pendidikan 3 tahun di SLTP,
Pasal 3 memuat tujuan pendidikan dasar yaitu memberikan bekal kemampuan dasar
pada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota
masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta
didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Ketetapan-ketetapan tersebut merupakan
realisasi GBHN 1993 tentang arah pendidikan nasional butir 26 antara lain
mengatakan perlunya peningkatan kualitas serta pemerataan pendidikan, terutama
peningkatan kualitas pendidikan dasar.
Dilihat dari segi lamanya waktu belajar
pada pendidikan dassar yaitu 9 tahun, kita sudah mengalami langkah maju
dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya yang menetapkan wajib belajar hanya 6
tahun. Secara konseptual dan acuan yang diberikan oleh ketetapan-ketetapan
resmi tersebut sudah sejalan dengan kebutuhan pembangunan.
Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan
pendidikan dasar 9 tahun, antara lain :
· Realisasi
pendidikan dasar yang diatur dengan PP No. 28 Tahun 1989 masih harus dicarikan
titik temunya dengan PP No. 65 Tahun 1951 yang mengatur sekolah dasar sebagai
bagian dari pendidikan dasar, karena PP tersebut belum dicabut.
· Kurikulum
yang belum siap
· Pada
masa transisi para pelaksana pendidikan dilapangan perlu disiapkan melalui
bimbingan-bimbingan, penyuluhan, penataran, dan lain-lain.
E.
SOLUSI
MASALAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
1. Solusi
Masalah Pokok Pendidikan di Indonesia
a.
Solusi
Masalah Pemerataan Pendidikan
Hal dasar yang sangat dibutuhkan dalam upaya pemerataan
pendidikan Indonesia adalah dana serta birokrasi yang jelas dan mudah. Dana
dibutuhkan oleh pemerintah untuk memperbaiki sarana dan prasana sekolah yang
ada di daerah, membiayai guru yang berkualitas, membangun atau menciptakan
sumber daya manusia di daerah, dan pemberian subsidi supaya seluruh golongan
masyarakat dapat menjangkau biaya pendidikan. Jelas dan mudahnya birokrasi
sangat membantu kelancaran pemeratan pendidikan di setiap pelosok negeri
Indonesia.
Demi mewujudkan generasi-generasi bangsa yang cerdas dan
berguna bagi pembangunan, maka pemerintah tentu berfikir keras guna memecahkan
permasalahan pemerataan pendidikan di Indonesia. Untuk itu ada dua cara yang
diupayakan yaitu cara konvensional dan cara inovatif.
Cara konvensional antara lain:
a) Membangun gedung
sekolah seperti SD Inpres dan atau ruangan belajar.
b) Menggunakan gedung
sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan sore)
Cara
inovatif antara lain:
1. Sistem pamong
(pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru) atau Inpacts system (Instructionar
Management by parent, community and, teacher). sistem tersebut dirintis di
solo dan didiseminasikan ke beberapa provinsi.
2. SD kecil pada daerah
terpencil.
3. Sistem Guru Kunjung.
4. SMP Terbuka (ISOSA _ In
School Out off School Approach),
5. Kejar Paket A dan B.
6.
Belajar Jarak Jauh, seperti Universitas Terbuka.
b.
Solusi
Masalah Mutu Pendidikan
Meskipun untuk
tiap-tiap jenis dan jenjang pendidikan masing-masing memiliki kekhususan, namun
pada dasarnya pemecahan masalah mutu pendiidkan bersasaran pada perbaikkan
kualitas komponen pendidikan serta mobilitas komponen-komponen tersebut. Upaya
tersebut pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses
pendidikan dan pengalaman belajar peserta didik, dan menghasilkan hasil
pendidikan.
Upaya pemecahan masalah
masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat
sebagai fisik dan lunak, personalia, dan manajemen. Sebagai berikut:
Ø Seleksi
yanglebih rasional terhadap masukan mentah, khususnay untuk Slta dan PT.
Ø Pengembanagn
kemanpuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut.
Ø Penyempurnaaan kurikulum
Ø Pengembanagan
prasarana yang menciptakan lingkungan yang tenteram untuk belajar
Ø Penyempurnaan
sarana belajar seperti buku paket, media pembelajaran
Ø Peniungkatan
adminisrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran
Ø Kegiatan
pengendalian mutu.
Dari
keempat macam masalah pendidikan tersebut masing-masing dikatakan teratasi jika
pendidikan:
Ø Dapat menyediakan kesempatan
pemerataan belajar, artinya semua warga Negara yang butuh pendidikan dapat
ditampung daalm suatu satuan pendidikan.
Ø Dapat mencapai hasil yang bermutu
artinya: perencanaan, pemprosesan pendidikan dapat mencapai hasil sesuai dengan
tujuan yang telah dirumuskan.
Ø Dapat terlaksana secara efisien
artinya: pemrosesan pendidikan sesuai dengan rancangan dan tujuan yang ditulis
dalam rancangan.
Ø Produknya yang bermutu tersebut
relevan, artinya: hasil pendiidkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
pembangunan.
2. Solusi Masalah Aktual Pendidikan di
Indonesia
Menurut Tirta rahardja
pada (2010:249) beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi
masalah-masalah actual pendidikan, antara lain sebagai berikut:
a. Pendidikan afektif perlu
ditingkatkan secara terprogram tidak cukup berlangsung hanya secara incidental,
pendekatan keterempilan proses yang sudah disebarluaskan konsepnya perlu
ditinjaklanjuti dengan penyebaran buku
penduannya kepada sekolah-sekolah. Dalam hubungan ini pelaksanaan pendidikan
kesenian perlu diperhatikan khusus sehingga tidak menjadi pelajran yang
dikesamingkan.
b. Pelaksanaan KO dan ekstrakulikurel dikerjakan
dengan penuh kesungguhan dan hasilnya diperhitungkan dalam menetapkan nilai
akhir ataupun pelulusan, untuk itu perlu dikaitkan dengan pemberian intensif
bagi guru.
c. Pemilihan siswa atas kelompok yang
akan melanjutkan belajar keperguruan tinggi dengan yang akan terjun ke
masyarakat, merupakan hal yang prinsip karena pada dasarnya tidak semua siswa
secara potensial mampu belajar diperguruan tinggi. Oleh karena itu perlu
disusun rancangan yang mantap untuk itu. Misalnya antara lain sekolah menengah
kejuruan tingkat atas diperbanyak dengan berbagai jenisnya. Disegi lain
pendirian perguruan tinggi swasta dibatasi dan
akreditasi terhadap PTS
diperketat.
d. Pendidikan tenaga kependidiakn
(pejabat dan dalam jabatan) perlu diberi perhatian khusus, oleh karena tenaga
kependidikan khususnya guru menjadi penyebab utama lahirnya sumber daya manusia
yang berkualitas untuk pembangunan. PKG (pusat kegiatan guru),MGBS (musyawara
guru bidang studi) dan MGMP ( musyawara guru mata pelajaran) perlu
ditumbuhkembangkan terus sebagai model pengembangan kemampuan guru (self
sustaining competencies). Pendayagunaan dumber belajar yang beraneka ragam
perlu ditingkatkan, upaya ini menjadi tanggung jawab kepala sekolah, guru dan
teknisi sumber belajar.
e. Untuk pelaksanaan pendidikan dasar 9
tahun, apalagi jika dikaitkan dengan gerakan wajib belajar, perlu diadakan
penelitian secara meluas pada masyarakat untuk menemukan faktor penunjang
utamanya,faktor penghambatnya.
Kepada masyarakat luar perlu
diberikan informasi yang sifatnya memperjalas dan persuasive tentang makna dari
pendidikan dasar. Realisasi dari pelaksanaan pendidikan dasar ini dilakukan
secara bertahap.
Silahkan download contoh makalah tentang pendidikan di Indonesia dan Solusinya , lengkap
Ukuran File : 38 KB
Jenis File : Docx / Ms Word
Halaman : 13 halaman berikut kata pengantar dan daftar isi
Ukuran File : 38 KB
Jenis File : Docx / Ms Word
Halaman : 13 halaman berikut kata pengantar dan daftar isi
Terima kasih sudah berkunjung.
Admin
No comments :
Post a Comment